Berbusana hijab di Indonesia seakan menemukan momen emasnya, sejak tahun 2012 hingga sekarang. Tren hijab seakan mengantikan posisi tren berbusana lainnya di tanah air sehingga harapan Indonesia menjadi pusat mode muslimah dunia tercetus oleh banyak pihak.
Yang menarik, selain memotivasi banyak desainer serta lini busana untuk melirik ladang bisnis busana muslimah, dalam waktu yang bersamaan pula muncul desainer khusus busana muslim pendatang baru yang umumnya masih berusia muda dan sangat bertalenta.
Tentu ini sangat baik, karena mereka turut meramaikan khazanah model muslim tanah air dari tidur panjangnya setelah era desainer senior Ida Royani dan Itang Yunasz yang konsisten mengusung busana muslim dengan sentuhan modern dan elegan.
Semakin ke sini, kreasi tren hijab mendatangkan begitu banyak inspirasi serta inovasi gaya bagi masyarakat luas. Kontroversi pun kerap mengiringi geliat tren paling besar dua tahun belakangan ini.
Pasalnya, sebagian kecil hijab masa kini terkadang jauh dari santun. Bahkan kini berhijab lekat dengan kesan glamor yang 'kebablasan'. Yang mana jika diartikan adalah tren modernisasi hijab di luar pakem fashion pada umumnya.
"Kalau melihat perkembangan fashion muslim dan peminat muslimah muda berhijab memang makin pesat dan bagus banget, saya malah bangga sekali melihatnya. Tapi memang harus diakui banyak dari wanita mulai mengenakan hijab karena tertarik terhadap fashion muslim Indonesia sehingga ada beberapa gaya hijab yang tidak sesuai tempat," ujar Lulu Elhasbu, desainer muslim muda Indonesia.
Lulu yang juga berkecimpung di dunia agency model khusus wanita muslimah, Zaura, berpendapat bahwa hal ini bisa jadi dikarenakan karena para wanita mencontoh fashion muslimah saat berada di runway dan malah diaplikasikan untuk kesempatan acara sehari-hari seperti kuliah, ke kantor atau sekedar ke mall.
Lulu pun menyarankan agar sebaiknya berhijab mengetahui benar batasan syaratnya serta mampu menyesuaikannya pada tempat dan suasana yang tepat.
"Sah-sah saja mau bergaya Turki style, Arabian style, ala Dina Tokio, ala Dian Pelangi dan lainnya yang penting santun. Bermain aksesori dan gaya boleh saja kok asal cocok dan pas," ujar desainer yang terkenal dengan lini busana 'Elhasbu' tersebut.
Apa yang berbeda dari tren hijab waktu dulu dengan yang sekarang? Yakni adanya fashion police atau kritikus mode muslimah. Alasannya jelas, karena dulu belum begitu banyak masyarakat dan wanita muslimah yang melek tren mode busana hijab.
Pertanyaan pun kerap terlontar kala wanita berhijab menerapkan gaya berhijab yang bertumpuk-tumpuk, berlapis, mengenakan banyak aksesori serta menggunakan banyak campuran warna atau motif.
Nah, apakah hal tersebut diperlukan? Padahal tren berhijab semakin kini semakin simpel dan mengusung konsep minimalis elegan.
"Betul, memang tren hijab makin ke sini makin simpel karena lebih cantik sederhana. Untuk hijab bertumpuk tergantung gaya kaya apa ya, kalau untuk pesta malam atau undangan resepsi pernikahan masih perlu dan oke saja menggunakan banyak aksesori dengan busana atau gaya tumpuk yang pas. Kalau masih dua atau tiga lapis oke saja. Yang penting untuk keseharian sesimpel mungkin, supaya enak dipandang, nyaman dikenakan dan tidak merepotkan penggunanya kalau mau sholat jadi tidak ribet bongkar-bongkar pasang," saran Lulu.
(tabloid nova)
0 komentar:
Posting Komentar